Bukan karena sepi
Dulu hujan adalah titik air mata
Jatuh dari mega
Menusuknusuk bumi
Menghujam ulu hatiku,
Hujan airmata ibuku
Yang rindu anaknya berada di kejauhan
Ternyata Cuma hujan gerimis
Mataharipun menangis
Akankah dimenangkannya senjanya kembali?
Aku telah nyaman berada di sini bersamamu
Sebagai pengembara yang rindu air
Ingin kusentuh sisa-sisa embun yang menempel di keningmu
Merabaraba apa yang kau pikirkan pada setiap pergantian musim!
*[Trenggalek, 09 Oktober 2008]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar